“Subhanallah
Tama, kamu cocok sekali pakai baju itu. Cakepnya anak Ibu !!” ucap Ibuku
sembari melihat ku merapikan baju di depan cermin.
“hehehe
pas nggak bu bajunya ?”
“pas
banget, Ibu sempat pangling tadi, kirain artis darimana gitu.” ucap Ibu seakan menghiburku.
“yaudah
bu ayo kita berangkat, ntar telat lagi !”
“iya
ayo, masak dandanan rapi gini datangnya telat, kan malu !”
“haha
Ibu tuh yang kerapian, aku mah biasa aja !” ucapku sembari mengambil kunci
motor. Kami pun segera berangkat menuju tempat dimana aku menuntut ilmu. Ya,
hari ini adalah hari dimana pihak sekolah akan menjatuhkan vonis kepadaku,
lulus atau tidak lulus??
Ada
satu hal yang mebuatku sedikit aneh, baju. Dengan setelan kemeja putih lengan
panjang plus celana panjang warna hitam terlihat seperti pelayan restaurant. Tapi hal itu tertutupi karna adanya dasi hitam
yang wajib dikenakan, sekarang malah nampak seperti pelamar pekerjaan. Tapi tak apalah, mungkin hal ini untuk
menghindari aksi corat-coret baju seragam saat merayakan kelulusan.
Entah
kenapa hari ini terlihat spesial dimataku. Langit cerah dan Ibuku yang tampak
sangat ceria seolah menjadi prolog kisahku hari ini. “Bismillah, semoga jadi
awal pertanda baik dan hari ini berjalan lancar. Aamiin !” gumam batinku lirih.
Tak
terasa kami sudah sampai di sekolah, cukup banyak juga yang sudah datang.
langsung saja kucari tempat parkir yang nyaman untuk motorku ini. Kami pun
langsung menuju Aula Sekolah tempat acaranya dilaksanakan setelah memarkir
motorku itu.
Sekitar
jam 09.15 acara dimulai, padahal dalam undangan jelas-jelas tertulis acaranya
dimulai pukul 09.00. hah namanya juga Indonesia, terkenal akan jam karetnya.
Perlahan tapi pasti, acara demi acara yang bagiku itu membosankan terlewati,
hingga akhirnya tiba saat penyerahan amplop yang berisi keterangan ‘lulus atau tidak lulus’.
Sebenarnya
aku ingin sekali membuka amplop itu terlebih dahulu, tapi Ibuku memaksa dia
yang akan membukanya lebih dulu. Dag dig
dug begitu terasa detak jantungku melihat tangan Ibu membuka amplop itu,
lalu perlahan menarik kertas didalamnya, matanya bergerak dari kiri ke kanan
membaca tulisan yang ada didalamnya. Ibu lalu menatapku dalam-dalam,
menunjukkan ekspresinya yang seakan sedih, kecewa. Nampak matanya berkaca-kaca
saat itu. Ia lalu memelukku, menciumku, dan perlahan terisak tanpa berkata
apa-apa. YaAllah apa ini? sikap Ibuku membuatku semakin penasaran. Bergegas
kulepas pelukan Ibu dan kurebut amplop itu darinya. Kubaca perlahan tulisan
didalamnya. Terlihat satu kata dengan huruf kapital tertulis ‘LULUS’, ku kucek-kucek mataku lalu kubaca
sekali lagi agar aku yakin. Ya Tuhan ternyata benar, tertulis ‘LULUS’. Tak tahu apa yang harus ku
lakukan, tak tahu apa yag harus ku katakan, semua tak bisa ku ungkapkan. Sekali
lagi Ibu memelukku, ia masih tetap menangis namun sembari berucap “Selamat nak,
kamu lulus. Ibu bangga sama kamu !”. Spontan kubalas pelukan Ibuku, sangat erat
aku memeluknya. Tak terasa airmataku jatuh saat itu, entah kenapa tapi mungkin
inilah ekspresi kebahagiaanku.
Cukup
lama aku tak lepas dari pelukan Ibuku, aku menunggu sampai airmata ini berhenti
mengalir, malu nanti kalau dilihat teman-teman. Kulihat sekelilingku, tenyata
kebanyakan juga sama seperti apa yang kulakukan tadi, memeluk orangtuanya
sambil terisak lirih. Mereka terlihat sangat bahagia. Akupun menghampiri salah
satu temanku.
“Ryan,
gimana ??” ucapku setelah ada di samping Ryan.
“LULUS
Tam gue lulus, nih loe liat, luluskan ? hahaha..loe sindiri gimana ??” kata Ryan
sembari merangkulku, Ryan sudah sangat akrab denganku, kita sudah berteman
sejak kecil.
“hahaha
syukurdeh, gue juga lulus Alhamdulillah, nih loe liat sendiri kalo nggak
percaya !” kata ku sambil menyodorkan kertas dalam amplop punyaku.
“haha
percaya gue, secara loe kan pinter. Traktir gue makan berarti !!”
“kenapa
nggak loe aja yang nraktir gue, mumpung gue laper nih haha”
“hahaha
emang gue boss loe !!”
“Alif,
gimana ? luluskan ??” terdengar suara lembut mengagetkanku, aku hafal dengan
suara ini, entah sejak kapan dia ada didekat ku dan Ryan.
“Eh
Meyza, ahh iya ehm lulus, nih ! kamu sendiri ??” jawabku agak tergagap.
“Alhamdulillah
lulus juga, yang lain gimana ?”
“engga
tahu, coba deh tanyain”
Tanpa
diminta teman-temanku yang lain perlahan berkumpul disekitar aku, Ryan, dan
Meyza. Mendadak suasana menjadi ramai, dengan bebas kami mengekspresikan
kebahagiaan kami. Di tengah ramainya suasana saat itu, mendadak aku tercenung
sendiri. Aku teringat satu buah lagu milik Band Lovarian – Perpisahan Termanis.
Jadikan
ini perpisahan yang termanis
Yang
indah dalam hidupmu
Sepanjang
waktu
Semua
berakhir tanpa dendam dalam hati
Maafkan
semua salahku
Yang
mungkin menyakitimu
Terlintas dalam benak
kenangan-kenangan bersama teman-teman. Begitu banyak yang telah kami ukir
bersama selama ini, kami pernah merasa sedih, kecewa, galau, tapi kami obati
itu semua dengan kebersamaan kami. Sungguh betapa indahnya masa-masa ini.
Terasa sangat menyenangkan saat bersama mereka.
“Alif
kamu kenapa ? kok melamun ??” tanya Meyza mengagetkanku.
“ehh
engga, ehm ehm aku mendadak keinget lagunya Lovarian
yang Perpisahan Termanis. Rasanya pas
banget sama moment ini.” Jawabku sekenanya.
“hemh
iya ya, kalo dipiki-pikir bener juga.” Jawab Meyza yang kemudian tersenyum
padaku.
Jadikan
ini perpisahan yang termanis
Tiba-tiba terdengar suara lembut
Meyza perlahan menyanyikan lagu itu. Entah apa maksud dia menyanyikannya, tapi
tanpa sadar aku pun mengikutinya.
Yang
indah dalam hidupmu
Sepanjang
waktu
Lambat laun teman-temanku yang
lain pun ikut menyanyikannya. Kini suasana menjadi ramai karena kami bernyanyi
sesuka kami. Terdengar kompak tapi tak beraturan.
Semua
berakhir tanpa dendam dalam hati
Maafkan
semua salahku
Yang
mungkin menyaitimu
Kami
terus menyanyikannya. Mulai terlihat beberapa teman wanita yang sedikit
terisak, mungkin mereka terbawa suasana. Nampak juga pipi putih Meyza yang sudah
basah oleh air matanya, aku sendiri berusaha sekuat tenaga menahan agar aku tak
menangis. Berulang-ulang kami menyanyikan lagu itu sampai akhirnya pihak
panitia meminta kami tenang karena acara akan segera dilanjutkan.
Tepat
pukul 12.00 siang acaranya selesai, kami semua bergegas meninggalkan ruangan
tersebut. Aku dan Ibuku berjalan santai menuju tempat parkir karena rencananya kami
akan langsung pulang. Baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba ada seseorang
yang memanggilku.
“Alif
Yuditama !!”
Spontan
aku menoleh kearah suara itu, dan ternyata Ibu Indah yang memanggilku, Sang
Guru Matematika favoritku. Aku kemudian menghampirinya lalu bersalaman dan
kucium tangannya dengan takzub.
“Selamat
ya Alif, kamu lulus.” ucap Bu Indah kemudian.
“Iya
bu terimakasih, berkat doa Ibu juga saya bisa lulus. Terimakasih juga buat
bimbingan Ibu selama ini, Ibu selalu mengajari saya dengan sabar. Terimakasih
Bu !”
“Iya
sama-sama, Ibu senang kamu lulus. kamu salah satu murid favorit Ibu, Ibu bangga
sama kamu Alif.”
“Sekali
lagi terimakasih Bu !”
Bu
Indah lalu bersalaman dan cipika-cipiki dengan
Ibuku, mereka lalu mengobrol sembari kami
berjalan...................................................................................................................................................................................................................................................
“Kak
Kakak bangun Kak, Kak Tama bangun dong, udah Subuh nih !” ucap adikku sembari
menggoncang-goncangkan tubuhku yang masih nyaman di atas tempat tidur.
“Kak
bangun dong, hari ini kan hari kelulusan Kakak, Kakak lupa ya ?” kata Zafa
berusaha membangunkanku lagi.
Dengan
terpaksa akupun membuka mata, terlihat langit-langit putih yang sangat aku
kenali. Dan juga aroma obat menyengat yang sangat khas. Ahh iya aku masih di
rumah sakit. Kakiku pun masih terasa sakit saat berusaha ku gerakkan.
“Astaghfirullah,
iya benar hari ini kelulusanku. Berarti tadi barusan itu mimpi ? itu mimpi ??
YaAllah Maha Besar Engkau, begitu terasa nyatanya mimpiku tadi.” Ucap batinku
lirih setelah menyadarinya.
“Ayo Kak
bangun, Kakak Sholat Subuh dulu !” kata Zafa kemudian.
“Iya iya
bentar, Zafa udah Sholat ?” tanyaku kemudian.
“udah
dong, Zafa kan rajin ! nggak kalah sama Kak Tama” ucap Zafa menggemaskan.
Aku tersenyum
lalu mengusap-usap kepalanya dengan manja. Lalu segera bertayamum dan Sholat
Subuh diatas tempat tidur dengan posisi duduk. Dalam akhir Sholatku aku
tercenung, aku teringat akan mimpiku tadi malam.
“YaAllah
Yang Maha membolak-balikkan hati manusia, apa arti mimpi hamba barusan ? apa
hanya untuk kembang tidur ?? YaAllah semoga apa yang terjadi dalam mimpiku
merupakan pertanda baik dan merupakan satu bagian dari kisahku hari ini, aamiin
aamiin yarobbal’alamiin.”